Blurb:
Tak ada bintang yang terlalu tinggi untuk digapai. Jika
ingin, kau bisa mendapatkannya, meski harus menentang orang tua atau kehilangan
kekasih.
Seperti blurb di atas, novel saya yang berjudul JEJAK
PENULIS ini menceritakan perihal impian yang harus digapai dengan usaha yang
keras. Karena latar belakang tidak menjadi tolak ukur impian itu akan tercapai.
Terlahir menjadi anak orang kaya bukan satu alasan bahwa semua akan terasa
begitu mudah.
Dalam cerita ini, saya menuliskan kisah seorang anak muda
bernama Bara Achazia yang terlahir sebagai anak pengusaha tambang batu bara. Sebelumnya,
tidak ada yang salah dengan kehidupannya, ia lahir dan bertumbuh dengan penuh
kasih sayang dan kemewahan. Hingga akhirnya ia mulai bertumbuh dewasa, saat ia
mulai berpikir lebih jauh perihal suatu impian, perbedaan pendapat mulai
datang.
Pada bab pertama, saya menyuguhkan konflik kecil sebagai
pengenalan kepada pembaca perihal seperti apa nantinya cerita ini akan
berjalan, sehingga pembaca sudah mendapat sedikit gambaran tentang konflik
utama cerita ini, tetapi tidak membocorkan kelanjutan cerita itu sendiri.
Saya suka bermain teka-teki, sesuatu yang misterius atau
tidak terduga. Dalam cerita ini, saya juga mencoba memasukkan beberapa kejutan
kecil yang menjadi daya tarik cerita itu sendiri. Pensaran apa saja? Kalian bisa
baca sendiri nanti, ya.
Seperti novel pada umumnya, bab pertama cerita ini juga aku
mulai dengan pengenalan sosok tokoh utama, baik perihal fisik, karakter, dan
latar belakang, dan siapa orang yang berpengaruh dalam proses perjalanan si
tokoh untuk mencapai tujuan.
Pada bab kedua, saya mulai memasukkan sesuatu yang akan
menjadi jalan menuju kejutan di bab berikutnya. Mungkin sedikit klise, buat
kalian yang sudah baca bab 2, mungkin paham bagian yang saya maksud. Buat yang
tidak tahu, ayo, baca dulu, hehe.
Namun, nanti adegan klise ini saya coba beri sedikit
sentuhan berbeda. Jadi meski sudah terlalu biasa, cerita ini tetap layak
dinikmati. Oh, ya, untuk genrenya sendiri cerita ini bergenre young adult, tapi
kata editor saya, sih, chicklit versi cowok. Wah, unik bukan? Ayo, baca.
Berhubung karena cerita ini baru aku publish dua bab, aku
bakalan kasih sedikit bocoran perihal cerita ini ya, kalau banyak spoiler saya
harap kalian sabar menunggu update setiap part-nya. Orang yang sabar pasti tidak akan kecewa, kok.
Asal jangan berharap lebih, ya. Kayak ngarepin doi yang tidak peka.
Jadi, cerita ini berkisah tentang Bara yang bercita-cita
menjadi penulis best seller, jadi bukan sekadar penulis biasa. Dia memiliki
kecintaan besar pada dunia menulis, sampai ia rela mentraktir temannya hanya untuk menyimpan
novel yang ia beli di toko buku.
Namun, ayah dari Bara tidak setuju jika anak tunggalnya
menjadi penulis. Namanya orang tua, pasti ingin yang terbaik untuk anaknya,
kan? Jadi, ayahnya menilai kalau penulis bukan pekerjaan yang menjanjikan. Bahkan
ayahnya berkata kalau penulis itu pekerjaan pemalas yang tidak menghasilkan
apa-apa, lho? Wah, kasar banget ya.
Eits, tunggu dulu. Ayah Bara punya alasan kenapa berkata
demikian, lho! Selain karena latar belakang keluarga yang nyaris semua
pengusaha, dan ayah Bara sudah mengecap bagaimana hidup berkecukupan menjadi
pengusaha tambang batu bara, ayahnya
juga tidak pernah melihat satu saja hal positif yang ditunjukka Bara. Tidak ada
prestasi dalam hal kepenulisan, bahkan Bara tidak punya karya yang jelas,
selain tulisan-tulisan di akun media sosialnya.
Nah, menarik bukan? Buat kamu yang seorang penulis,
barangkali cerita ini akan melekat banget sama kamu, karena ini berdasarkan
pengalaman beberapa teman penulis yang ditentang oleh orang tua mereka, dan di
cerita ini juga aku akan menyuguhkan hal-hal apa saja yang menjadi kebiasaan
buruk seorang penulis.
Pastinya, semua kebiasaan ini bakalan bikin kalian
manggut-manggut, buru-buru memperbaiki diri. Jadi, meski ini hanya cerita
fiksi, saya tetap berusaha menyuguhkan nilai-nilai positif yang bisa diambil
oleh pembaca nantinya.
Demikian ulasan dari saya, selamat membaca.
Buat yang pensaran, silakan mampir ke akun Wattpad saya :
@tn_typo

No comments: